CARA MEMBUAT DISIPLIN ANAK

Suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata-tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku. Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Perkembangannya pada anak sangat dipengaruhi oleh faktor "ajar" atau pendidikan. Disiplin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu kesediaan bereaksi atau bertindak terhadap objek atau keadaan tertentu. Sikap selalu dihadapkan pada pilihan untuk menerima atau menolak, bertindak positif atau negatif. Sikap (sering disebut sikap mental) berkembang dalam proses keinginan untuk mendapat kepuasan, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua keinginan dapat terpenuhi, karena keinginan banyak orang beraneka-ragam sehingga perlu adanya peraturan, tata-tertib, nilai atau norma yang harus dipatuhi. Agar dapat memenuhi atau menahan keinginan tersebut, individu yang bersangkutan harus dapat menahan diri, menguasai diri untuk tunduk pada peraturan dan patuh pada nilai atau norma yang berlaku. Disiplin selain berhubungan dengan penguasaan diri juga dengan rasa tanggung-jawab. Orang yang disiplin cenderung patuh, mendukung dan mempertahankan tegaknya peraturan dan nilai yang berlaku. Sikap ini menunjukkan adanya rasa tanggung-jawab yang dapat berkembang menjadi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin yang dikembangkan dengan menumbuhkan pengertian dan pemahaman mendalam akan menumbuhkan kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan dan nilai yang dianutnya, sehingga walau tak ada yang mengawasi atau mengancam dengan sanksi individu yang bersangkutan akan tetap mematuhi peraturan dan nilai tersebut. Tahap pemahaman dan kesadaran untuk mematuhi dan mendukung nilai dan peraturan seperti ini menandakan bahwa individu bersangkutan telah memiliki disiplin diri sendiri. Individu demikian akan tersinggung harga dirinya jika dinilai orang sebagai kurang disiplin. Jadi disiplin berkaitan juga dengan rasa harga diri. Menanamkan disiplin harus dimulai sejak masa anak-anak, di rumah dan di sekolah dasar. Menanamkan disiplin harus berdasarkan pemberian pengertian, pemahaman, kesadaran dan rasa tanggung-jawab untuk mematuhi dan mendukung nilai. Menanamkan disiplin secara paksa, penuh ancaman dan hukuman, dapat menimbulkan "disiplin mati", sikap asal tunduk pada perintah dan peraturan tanpa pengertian dan kesadaran. Kondisi ini dapat menimbulkan "disiplin semu", sikap seolah-olah selalu patuh pada perintah dan peraturan, tetapi, karena tidak disertai kesediaan psikologis untuk mematuhi perintah dan peraturan, akan menurun pada saat pengawasan dan sanksi ditiadakan, sehingga porak-perandalah segala peraturan dan ketentuan baginya. Jadi seseorang yang memiliki disiplin semu hanya patuh pada perintah dan peraturan jika ada yang mengawasi. Begitu tidak diawasi ia akan melanggar ketentuan dan peraturan dengan seenaknya. Dapat dikatakan bahwa disiplin semu adalah disiplin yang tampak di permukaan saja dan kepatuhan disiplin ini tidak berlangsung lama karena tidak disertai pengertian dan kesadaran. Adakalanya diperlukan penanaman disiplin secara paksa, yaitu dalam keadaan mendesak atau memaksa, bila yang bersangkutan jelas-jelas memiliki sikap negatif yang merugikan dan membahayakan kepentingan masyarakat. Penanaman disiplin secara paksa ini harus disertai dengan pengertian dan kesadaran sehingga sikap dan tindakan disiplin terpaksa itu akhirnya dilakukan dengan penuh kesadaran. Inti pokok menanamkan disiplin adalah menanamkan pengertian, pemahaman, dan kesadaran serta tanggung-jawab baik pada diri sendiri maupun pada masyarai it. Dengan demikian seseorang yang memiliki disiplin, dalam perkembangannya diharapkan lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Jika keinginan untuk mendapat kepuasan diri bersamaan dengan nilai dan kepentingan umum, maka individu yang bersangkutan akan lebih mengutamakan kepentingan umum. Disiplin nasional akan terwujud jika ditanamkan disiplin secara serentak dan nasional di semua lingkungan kehidupan masyarakat, tingkat pendidikan, lembaga, dan lingkungan pekerjaan. Penanaman disiplin nasional harus berlanjut dengan pemeliharaan disiplin dan pembinaan terus menerus, karena disiplin seoagai sikap mental dapat berubah dan dapat dipengaruhi lingkungan sekitar. Disiplin nasional berhubungan erat dengan konsensus nasional karena proses terbentuknya kaidah, perumusan asas yang menjadi hukum atau aturan tertentu, terjadi melalui konsensus nasional. Dalam bidang manajemen, disiplin dapat dijadikan alat sanksi bagi karyawan yang melanggar peraturan. Sanksi yang dikenakan dapat berupa: skorsing tanpa upah, pemecatan, mutasi ke bagian lain, penurunan pangkat atau penundaan kenaikan pangkat, teguran langsung atau tidak langsung, lisan atau tertulis. Tujuan utamanya ialah mengarahkan perilaku karyawan demi kepentingan organisasi dan tercapainya sasaran. Pelaksanaan disiplin dapat diatur dalam kebijakan dan peraturan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi, tugas, dan pekerjaan, seperti absensi, penyalahgunaan wewenang, pencurian serta keselamatan kerja. Disiplin yang berlebihan dapat mematikan motivasi karyawan dan memancing perlawanan. Penerapan disiplin yang kaku dapat mengaburkan kebersamaan dan tujuan organisasi. Dalam mengatasi situasi darurat, diperlukan disiplin keras, namun untuk jangka panjang, pendekatan bersifat partisipatif akan lebih efektif. Faktor yang mendukung pelaksanaan disiplin efektif antara lain: (1) peraturan jelas dan terinci, dan setiap pelanggaran harus dapat dibuktikan; (2) peraturan tertulis dan dijelaskan kembali dalam program orientasi karyawan baru atau dalam program pelatihan; (3) harus dihindari segala bentuk diskriminasi dan kecenderungan memihak; (4) sanksi keras seperti pemecatan hanya dikenakan sebagai kelanjutan sanksi lunak, misalnya peringatan. Biasanya, tindakan disiplin dinilai sebagai sesuatu negatif, namun dalam jangka panjang mempunyai dampak positif pada perilaku karyawan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011 Arti, Pengertian, Definisi | Themes by ada-blog.com.